Teruntuk Tuan berkemeja hitam..
Hari ini hujan datang lagi, seperti biasa berhamburan riuh
di depan teras rumah
Sebagian mengetuk kaca jendela, seolah memberi tanda
Padahal tak ia ketuk pun aku sudah tau
Aku berlari, aku temui ia sedang sibuk menyusun paket
kiriman rindu
Ada banyak sekali rindu yang dikirimkan nya hari ini
Ntah untuk dan dari siapa saja
Aku sedikit terlambat, sudah ada beberapa orang yang terlebih dahulu berdiri di barisan
pertama
Tak apapa, menunggu mu selama ini saja aku sabar, apalagi
untuk beberapa orang di depan
Orang pertama sudah selesai, ntah rindu dari siapa yang ia
terima, tapi senyumnya lebar selebar bulan sabit
Barisan berikutnya terlihat murung, mungkin ia menerima
rindu yang bukan ia inginkan, atau tidak menerima rindu sama sekali
Aku mulai
takut
Nenek tua di depan ku maju, ada kiriman rindu istimewa
untuknya. Dari pasangan yang sedang membangun rumah di tempat berbeda untuk
mereka berdua. Katanya sebentar lagi ia akan dijemput, jadi ia akan segera
bergegas menyiapkan apa yang akan ia bawa
Sekarang giliranku, aku mulai gugup takut kecewa
Hujan tersenyum, aku rasa ia mengerti
“Kau terlambat hari ini ? Biasanya kau ada dibarisan
pertama..”
Aku hanya meringis, menggulung ujung baju kembang yang ku
pakai. Baju yang selalu kau katakan cantik untuk aku kenakan
“Ah sebentar, akan aku lihat apakah ada rindu untukmu hari
ini..”
Ia terlihat sibuk memilah, nihil. Ia melihatku, kemudian
memeriksa kembali untuk meyakinkan, tapi tetap saja tidak ada
“Aku pikir aku meninggalkan kiriman rindumu, mungkin
terselip diantara paket lain. Bisakah kamu bersabar untuk besok hari ? akan aku
bawakan secepat mungkin..”
Aku tersenyum, aku tau dia hanya menghibur
Ntah sudah keberapa puluh kali ia ucapkan semenjak kiriman
rindu terakahir mu Tuan
Bahkan aku lupa kapan terakhir aku menerima kiriman itu
Aku pulang, sama seperti hari sebelumnya. Tidak dengan rindu mu...
Kiriman rindu ku tidak sampai ?
Lalu kenapa kau tidak kirimi
aku pertanyaan kenapa tidak ada rindu yang aku kirim ?
Kau terlalu sibuk ?
Sampai untuk membalas rinduku pun kau
tak bisa ?
Atau ada rindu yang lain yang lebih asik untuk kau cumbui ?
Seingat ku, kau bilang kau hanya butuh rindu yang hangat,
seperti yang kau dapat dibalik kertas ku.
Aku pulang, masih dengan kecewa dan pertanyaan..
Tenang saja, sabar ku masih sisa sedikit
Aku hanya perlu menunggu hujan berikutnya bukan ?
Ntah itu dengan atau tanpa rindu [lagi]-