Kepada yang terhormat, Tuan yang selalu tau ada dimana ia pada kehidupan ku.
Aku harap kau membaca surat ini.
Sama seperti surat-surat ku sebelumnya, yang telah kau baca dengan menutup hati rapat-rapat.
Seolah aku bukan orang yang pernah ada didalamnya.
Aku tidak habis pikir, untuk ketidak acuhan mu pada ribuan kalimat yang aku susun dan secara gamblang aku peruntukkan padamu.
Ntah kau bodoh atau terlalu keras hati.
Bodoh tidak mengerti jika memang kau yg masih mendatangkan rindu ingin bersua, jua muara kalimat-kalimat cinta ku selama ini.
Atau memang terlalu keras hati mu, sedang kau tau aku asik menari dengan harapan namun kau memilih untuk diam saja, membunuh ku dalam sepi.
Jika memang begitu, aku juga akan berhenti Tuan.
Kalimat-kalimat yang selalu aku selipkan namamu akan aku bumi hanguskan saja.
Ntah menjadi bodoh atau berkeras hati yang mudah dilakukan ?
Semoga aku menjadi bodoh soal menempatkan perasaan ku padamu di rumah ku.
Juga menjadi berkeras hati pada setiap tentang mu disuatu hari nanti.
Setelah surat yang singkat untukmu ini, aku akan diam.
Biarkan hanya aku dan sepi yang tau.
Terimakasih.
BDO-CGK, 16 Agustus 2019
Untuk diri..
Jadilah sederhana yang meneduhkan
Walau kelak dalam keadaan lebih atau kekurangan
Sungguh yang dibutuhkan lelaki pula anak cucu mu adalah wanita yang dengan senyumnya saja hilang khawatirnya
Wanita yang dengan hangat peluknya saja mampu meredakan perih
Jadilah sederhana yang meneduhkan
Walau kelak sedang di atas atau di bawah derajatmu
Sebab yang dikagumi lelaki pula anak cucu mu kelak adalah wanita yang dengan tuturnya saja dapat meluruhkan keras hatinya
Wanita yang dengan lembut belainya mampu membuat tenang memaafkan kejamnya dunia.
Untuk diri..
Jadilah sederhana yang meneduhkan
Sebab sebaik-baiknya manusia adalah yang memberi kedamaian pada lainnya.
Bandung, 8 Agustus 2019